Resume Kitab Ta'lim Al-Muta'allim |
Jika ente mahasiswa Tarbiyah, mencari Resume Kitab Ta'lim Al-Muta'alim, disini ane mau share tugas lama teman yang bisa dijadikan bahan pengembangan tugas ente.
Resume Kitab Ta'lim Al-Muta'lim
Bagi Mahasiswa fakultas Tarbiyah/ Pendidikan Islam, apalagi santri, Kitab Ta'lim Al-Muta'allim ini bukan lagi hal yang baru. Kitab karangan Burhanuddin az-Zarnuji ini berisi tentang berbagai tata cara mencari ilmu, adab dalam mencari ilmu, hal-hal yang mempengaruhi kecerdasan, dan banyak yang lainnya.
Kitab Ta'lim Al-Muta'allim atau yang lebih akrab disebut kitab Ta'lim saja, terdiri dari 13 Fasal dan semuanya dibahas semua dalam resume ini. Oke kita bahas semuanya secara singkat.
Fasal #1 -Menerangkan hakekat ilmu, hukum mencari ilmu, dan keutamaannya.
Perlu diketahui bahwa, kewajiban menuntut ilmu bagi muslim laki-laki dan perempuan ini tidak untuk sembarang ilmu, tapi terbatas pada ilmu agama, dan ilmu yang menerangkan cara bertingkah laku atau bermuamalah dengan sesama manusia.
Ilmu itu sangat penting karena itu sebagai perantara (sarana) untuk bertaqwa. Dengan taqwa inilah manusia menerima kedudukan terhormat disisi Allah, dan keuntungan yang abadi.
Yang harus dipelajari adalah ilmu agama, karena ia adalah ilmu yang paling unggul. Ilmu yang dapat membimbing menuju kebaikan dan taqwa, ilmu paling lurus untuk di pelajarai. Ilmu agamalah yang dapat menunjukkan kepada jalan yang lurus, yakni jalan petunjuk Tuhan yang dapat menyelamatkan manusia dari segala keresahan. Oleh karena itu orang yang ahli ilmu agama dan bersifat wara' lebih berat bagi setan daripada menggoda seribu ahli ibadah tapi bodoh.
Fasal #2 -Niat dalam mencari ilmu.
Dalam kitab ini dikatakan bahwa wajib berniat ketika akan belajar. Sebab niat itu menjadi pokok dari segala hal, sebagaimana sabda Nabi saw: Sesungguhnya amal-amal perbuatan itu terserah niatnya". Dari beliau pula diriwayatkan sebuah hadits: ''Banyak amal perbuatan yang berbentuk amal akhirat yang karena bururk niatnya maka menjadi amal dunia".
Di waktu belajar hendaklah berniat mencari Ridha Allah swt., kebahagian akhirat, memerangi kebodohan sendiri dan segenap kaum bodoh, mengembangkan agama dan melanggengkan islam sebab kelanggengan islam itu harus diwujudkan dengan ilmu. Hendaknya diniati juga untuk mensyukuri kenikmatan akal dan badan yang sehat.
Belajar jangan diniatkan untuk mencari pengaruh, kenikmatan dunia ataupun kehormatan di depan sultan dan penguasai-penguasa lain. Karena siapa saja telah merasakan kelezatan rasa ilmu dan amal, maka semakin kecillah kegemarannya akan harta benda dunia. Dan jika karena ilmu itu seseorang menjadi tinggi derajatnya dimata orang lain, maka hendaknya itu dijadikan sebagai sarana ber-amar ma’ruf nahyi munkar.
Fasal #3 -Cara memilih ilmu, guru, teman, dan ketekunan.
Bagi pelajar, dalam masalah ilmu hendaklah memilih mana yang terbagus dan dibutuhkan dalam kehidupan agmanya pada waktu itu, lalu yang untuk waktu yang akan datang.
Hendaknya lebih dahulu mempelajari ilmu tauhid, mengenali Allah lengkap dengan dalilnya. Karena orang yang imannya hanya taklid sekalipun menurut pendapat kita sudah syah, adalah tetap berdosa karena ia tidak mau beristidlal dalam masalah ini. Hendaknya pula memiluh ilmi-ilmu yang kuna, bukan yang baru lahir. Banyak ulama berkata : "Tekunilah ilmu kuna, bukan yang baru saja ada." Awas, jangan sampai terkena pengaruh perbantahan yang tumbuh subur setelah habisnya ualama besar, sebab menjurus untuk menjauhkan pelajar dari mengenali fiqh, hanya menghabiskan usia dengan tanpa guna, menumbuhkan sikap anti-pati/buas dan gemar bermusuhan. Dan itulah termasuk tanda-tanda kiamat akan tiba serta lenyapnya fiqih dan pengetahuan-pengetahuan lain, demikianlah menurut hadits.
Dalam memilih guru, hendaklah mengambil yang lebih alim, waro' dan juga lebih tua usianya. Sebagaimana Abu Hanifah setelah lebih dahulu memikir dan mempertimbangkan lebih lanjut, maka menentukan pilihannya kepada tuan Hammad Bin Abu Sulaiman. Dalam hal ini ia berkata : “beliau saya kenal sebagai orang tua yang budi luhur, berdada lebar serta penyabar”.
Fasal #4 -Cara menghormati ilmu dan guru.
Seorang pelajar tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula ilmunya dapat bermanfaat, selain jika mau mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu, dan menghormati keagungan gurunya.
Dapatnya orang mencapai sesuatu hanya karena mengagungkan sesuatu itu, dan gagalnya pula karena tidak mau mengagungkannya. Seperti halnya seorang manusia yang menjadi kafir; seseorang bukan menjadi kafir karena maksiatnya kepada Alloh, akan tetapi karena ia tidak mengagungkan Alloh swt.
Termasuk arti mengagungkan ilmu, yaitu menghormati pada sang guru. Bagi orang yang ingin putranya alim, hendaklah suka memelihara, memulyakan, mengagungkan, dan menghaturkan hadiah kepada kaum ahli agama yang tengah dalam pengembaraan ilmiyahnya. Kalau toh ternyata bukan putranya yang alim, maka cucunyalah nanti.
Fasal #5 -Kesungguhan dalam mencari ilmu, beristiqamah dan cita-cita yang luhur.
Pelajar juga harus bersungguh hati dalam belajar serta kontinu (terus-terusan). Tidak boleh tidak, pelajar harus dengan kontinyu sanggup dan mengulangi pelajaran yang telah lewat. Hal itu dilakukan pada awal waktu malam, akhir waktu malam. Sebab waktu diantara maghrib dan isya, demikian pula waktu sahur puasa adalah membawa berkah.
Hendaknya pula mengambil kesempatan masa muda dan awal remajanya. Jangan membuat dirinya sendiri bersusah payah, hingga jadi lemah dan tak mampu berbuat apa-apa. Ia harus selalu menyantuni dirinya sendiri. Kesantunan itu mendasari kesuksesan segala hal.
Pelajar harus luhur cita-citanya dalam berilmu. Manusia itu akan terbang dengan cita-citanya, sebagaimna halnya burung terbang dengan kedua sayapnya. Pangkal kesuksesan adalah kesungguhan dan himmah yang luhur. Barang siapa berhimmah menghapalkan seluruh kitab Muhammad Ibnul Hasan, lagi pula disertai usaha yang sungguh-sungguh dan tak kenal berhenti, maka menurut ukuran lahir pasti akan bisa menghafal sebagian besar atau separohnya. Demikian pula sebaliknya, bila ita-citanya tinggi tapi tidak ada kesungguhan berusaha, atau sungguh-sungguh tetapi tidak bercita-cita tinggi, maka hanya sedikit pula ilmu yang berhasil didapatkannya.
Fasal #6 -Ukuran dan urutannya.
Rasulullah saw bersabda: " tiada lain segala sesuatu yang di mulai pada hari rabu, kecuali akan menjadi sempurna. Demikianlah, karena pada hari rabu itu Allah menciptakan cahaya, dan hari itu pula merupakan hari sial bagi orang kafir yang berarti bagi orang mukmin hari yang berkah.
Sebaiknya bagi oarang yang mulai belajar, mengambil pelajaran baru sepanjang yang kira-kira mampu dihapalkan dengan faham, setelah diajarkannya dua kali berulang. Kemudian untuk setiap hari, ditambah sedikit demi sedikit sehingga setelah banyak dan panjang pun masih bisa menghapal dengan paham pula setelah diulanga dua kali. Demikianlah lambat laun setapak demi setapak. Apabila pelajaran pertama yang dikaji itu terlalu panjang sehingga para pelajar memerlukan diulanganya 10 kali, maka untuk seterusnya sampai yang terakhirpun begitu. Karena hal itu menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan kecuali dengan susah payah.
Sebaiknya dimulai dengan pelajaran-pelajaran yang dengan mudah telah bisa di fahami. Syaikhul Islam Ustadz Syarifuddin Al-Uqaili berkata; "Menurut saya, yang benar dalam masalah ini adalah seperti yang telah dikemukakan oleh para guru kita. Yaitu untuk murid yang baru, mereka pilihkan kitab-kitab yang ringkas/ kecil. Sebab dengan begitu akan lebih mudah di fahami dan di hapal, serta tidak membosankan lagi pula banyak terperaktekan.
Fasal #7 -Tawakal.
Pelajar harus bertawakal dalam menuntut ilmu. Jangan goncang karena masalah rizki, dan hatinya pun jangan terbawa kesana. Karena orang yang hatinya telah terpengaruh urusan rizki baik makanan atau pakaian, maka jarang sekali yang dapat menghapus pengaruh tersebut untuk mencapai budi luhur dan perkara-perkara yang mulya.
Bagi setiap orang, hendaknya membuat kesibukan dirinya dengan berbuat kebaikan, dan jangan terpengaruh oleh bujukan hawa nafsunya. Hendaknya jangan tergelisahkan oleh urusan dunia, karena merasa gelisah dan sedih di sini tidak akan bisa mengelakan musibah, bergunapun tidak. Malahan akan membahayakan hati, akal dan badan serta dapat merusakan perbuatan-perbuatan yang baik. Tapi yang harus diperhatikan adalah urusan-urusan akhirat, sebab hanya urusan inilah yang akan membawa manfaat.
Seorang pelajar tidak boleh tidak dengan sekuat tenaga yang ada menyedikitkan kesibukan duniawinya. Dan karena itulah, maka banyak pelajar-pelajar yang lebih suka belajar di rantau orang. Juga harus sanggup hidup susah dan sulit di waktu kepergiannya menuntut ilmu. Hendaknya pula menyadari bahwa perjalanan menuntut itu tidak akan lepas dari kesusahan. Yang demikian itu, karena belajar adalah salah satu perbuatan yang menurut sebagian besar ulama lebih mulya dari pada berperang. Besar kecil pahala adalah berbanding seberapa besar letih dan kesusahan dalam usahanya.
Fasal #8 -Waktu belajar ilmu.
Masa yang paling cemerlang untuk belajar adalah permulaan masa-masa jadi pemuda, waktu sahur berpuasa dan waktu di antara magrib dan isya.' Tetapi sebaiknya menggunakan seluruh waktu yang ada untuk belajar, dan bila telah merasa bosan terhadap ilmu yang sedang dihadapi supaya berganti kepada ilmu lain.
Fasal #9 -Saling mengasihi dan saling menasehati.
Orang alim hendaknya memiliki rasa kasih sayang, mau memberi nasehat serta jangan berbuat dengki. Dengki itu tidak akan bermanfaat, justru membahayakan diri sendiri. Selain tersebut di atas, orang alim hendaknya tidak usah turut melibatkan diri dalam arena pertikaian dan peperangan pendapat dengan orang lain, karena hal itu hanya membuat waktu menjadi habis sia-sia.
Jangan sampai ada pemusuhan, sebab selain hanya membuang-buang waktu juga membuka cela-cela keaibanmu. Tahanlah dirimu dan sabarlah hatimu, terutama sekali dalam menghadapi orang yang belum tahu.
Waspadalah, jangan berburuk sangka kepada sesama orang Mu'min karena disitulah sumber permusuhan. Buruk sangka akan bisa terjadi karena adanya niatan yang tidak baik, atau hatinya jahat.
Fasal #10 -Mencari tambahan ilmu pengetahuan.
Pelajar hendaknya menggunakan setiap kesempatan waktunya untuk belajar, terus-menerus sampai memperoleh keutamaan. Caranya dilakukan bisa dengan selalu menyediakan botol wadah tinta untuk mencatat segala hal-hal ilmiah yang didapatinya.
Pelajar jangan sampai membuang-buang waktu dan saatnya, serta hendaknya mengambil kesempatan di malam hari dan di kala sepi. Hendaknya pelajar bisa mengambil pelajaran dari para sesepuh dan mencecap ilmu mereka. Tidak setiap yang telah berlalu bisa didapatkan kembali.
Pelajar harus sanggup menanggung derita hidup yang terpandang rendah di mata manusia, selama menuntut ilmu, karena seorang murid itu harus bercumbu rayu dengan guru, temannya dan juga orang-orang lain untuk mengambil pelajaran dari mereka.
Fasal #11 -Bersikap wara' ketika menuntut ilmu.
Jikalau mau membuat waro' maka ilmunya lebih bermanfaat, belajarpun mudah dengan banyak-banyak berfaedah. Termasuk berbuat waro' adalah memelihara dirinya jangan sampai perutnya kenyang amat, terlalu banyak tidur dan banyak membicarakan hal yang tak bermanfaat.
Dan menyingkiri makanan masak di pasar jika mungkin karena makanan ini lebih mudah terkena najis dan kotor, jauh dari dzikrillah, bahkan membuat lengah dari Allah, juga orang-orang fakir mengetahui sedang tidak mampu membelinya yang akhirnya berduka lara, sehingga berkahnyapun menjadi hilang karena hal-hal tersebut.
Termasuk waro lagi hendaknya menyingkiri kaum perusak, maksiat dan penganggur, sebab perkumpulan itu membawa pengaruh. Menghadap kiblat waktu belajar, bercerminkan diri dengan sunah Nabi, mohon dido'akan oleh para ulama ahli kebajikan dan jngan sampai terkena do'a tidak baiknya orang teraniaya kesemuanya itu termasuk waro'.
Fasal #12 -Hal-hal yang dapat menguatkan hapalan dan yang melemahkannya.
Yang paling kuat menyebabkan mudah hafal adalah kesungguhan, kontinuitas, mengurangi makan dan shalat di malam hari. Membaca Al-Qur'an termasuk penyebab hafalan seseorang.
Termasuk penguat hafalan lagi, yaitu waktu mengambil buku berdo'a: Bimillahi wasubhanallohi walhamdulillahi wala illaha illallohu wallohu akbar wala haula wala kuwwata illa billahil a'liyyil a'zhimil a'jijil a'limi a'dada kulli harfin kutiba wayuktabu abadal abidina wadahroddahirina. Dan setiap selesai menulis berdo'a: Amantu billahil wahidi wahdahu lasyarika lahu wakapartu bima siwahu.
Dan dengan banyak membaca shalawat Nabi saw. Karena shalawatlah yang menjadi dzikir seluruh alam.
Bersiwak, minum madu, makan kandar (kemenyan putih), bercampur gula dan menelan buah zabib merah 21 butir setiap hari, kesemuanya dapat mempermudah hafal lagi dapat mengobati berbagai macam penyakit. Segala sesuatu yang bisa mengurangi pelendiran dahak dan mengurangi pelemakan kulit badan yang diakibatkan terlalu banyak makan, adalah juga bisa memperkuat hafalan. Sesuatu yang memperbanyak lendir dahak, akan membuat orang jadi pelupa.
Fasal #13 -hal-hal yang mempermudah datangnya rijki, hal-hal yang dapat memperpanjang, dan mengurangi umur.
Sudah semestinya pelajar butuh makanan. Dengan demikian, perlulah mengetahui hal-hal apa yang dapat mendatangkannya secara lebih banyak, mengetahui hal-hal yang menyebabkan panjang usia dan badan sehat. Agar dengan begitu, bisa mempertahankan konsentrasi belajarnya. Untuk kebutuhan-kebutuhan tersebut, telah banyak para ulama' yang menyusun kitabnya. Disini hanya akan kami kemukakan dengan singkat saja.
Rasulullah saw bersabda : 'Hanyalah do'a yang merubah taqdir, dan hanyalah kebaktian yang bisa menambah usia. Dan sesungguhnya lantaran perbuatan dosanya, rizki seseorang menjadi tertutup. Terutama berbuat dusta adalah mendatangkan kefakiran, sebagaimana dalam hadist lain, secara khusus telah dikemukakan. Demikian pula, tidur di pagi hari dan banyak tidur, keduanya mengakibatkan kemelaratan harta. Dan juga kemelaratan ilmu. Tidur dengan telanjang, kencing dengan telanjang, makan dalam keadaan junub atau sambil bertelekan, membiarkan sisa makanan berserakan, membakar kulit berambang atau dasun, menyapu lantai dengan kain, atau di waktu malam, Membiarkan sampah berserakan mengotori rumah, lewat di depan pini sepuh, Memanggil orang tua tanpa gelar (seperti pak, mas, dan sebagainya.) membersihkan sela gigi dengan benda kasar, melumurkan debu atau debu pada tangan, duduk di beranda pintu, bersandar pada daun pintu, berwudhu di tempat orang istirahat, menjahit pakaian yang sedang di pakai, menyeka muka dengan kain, membiarkan sarang lebah berada dirumah, meringankan shalat, bergegas keluar masjid setelah shalat Shubuh, pergi ke pasar pagi-pagi, membeli makanan dari peminta-minta, mendo'akan buruk kepada anak, membiarkan wadah tidak tertutupi, mematikan lampu dengan meniup, kesemuanya itu dapat mendatangkan kepakiran sebagaimana yang diterangkan dalam atsar.
Ane hanya mengambil beberapa paragraf dari setiap pembahasan Fasal diatas. Selain pembahasan ke 13 fasal diatas ada Analisis Etika dan Profesi Keguruan, Komentar tentang Kitab, Simpulan dan Saran.
Untuk membaca Resume Kitab Ta'lim ini secara lengkap, mangga didownload saja pada link di bawah.
baik
ReplyDelete