Tuesday, February 27, 2018

4 Teori Kepemimpinan yang Harus Kamu Fahami di BEM

BEM merupakan ajang aktualisasi diri bagi mahasiswa yang punya ambisi. Di banyak kampus, perebutan posisi sebagai pimpinan BEM memiliki atmosfer layaknya pemilihan kepala daerah atau bahkan presiden Negara Indonesia.

Ketika seseorang menjadi pemimpin, tentu tidak dapat begitu saja dijalankan tanpa teori. Apa jadinya jika suatu organisasi dipimpin yang tidak memahami teori tentang kepemimpinan.

Setidaknya ada 4 teori kepemimpinan yang perlu diketahui oleh calon pemimpin atau yang sudah menjadi pemimpin. Jenis ini menurut Kreitner yang menurutnya sudah ada sejak tahun 1950an.


4 Teori Kepemimpinan yang Harus Kamu Fahami di BEM
4 Teori Kepemimpinan yang Harus Kamu Fahami di BEM


Teori #1 -Trait Theory

Teori kepemimpinan ini mengatakan bahwa para pemimpin dilahirkan dan bukan diciptakan (leader are born and not made). Sebagai ilustrasi sederhana, ketika Megawati mampu memimpin rakyat Indonesia, mengacu teori ini, berarti sudah sejak lahir ia tercipta sebagai pemimpin. Bukan karena bakat maupun lingkungan yang mendukung sehingga ia menjadi pemimpin.

Tetapi, Kreitner kemudian menegaskan, sejalan dengan pemikiran mahzab behavioralis, para peneliti di tahun 1950-an berkesimpulan bahwa karakteristik pemimpin tidak seluruhnya merupakan bawaan sejak lahir, namun diperoleh melalui pembelajaran dan pengalaman. Karena itu mereka berkesimpulan bahwa kepemimpinan yang efektif dapat dipelajari.

Teori #2 -Behaviour Styles Theory

Behaviour Styles Theory atau juga diistilahkan dengan leadership style (gaya kepemimpinan) setelah diteliti pleh para ahli pasca perang dunia II menyimpulkan secara umum ada tiga gaya dalam kepemimpinan yaitu:

Gaya kepemimpinan otoriter (authoritarian leadership style) Ciri-cirinya:

Tanggung jawab dan kewenangan mutlak di tangan pemimpin;
Komunikasi yang berkembang menganut sistem top-down (dari atas ke bawah);
Kurang mengakomodir usulan atau pendapat dari bawah;
Banyak memberikan tugas-tugas tertentu tanpa ada koordinasi terlebih dahulu.

Gaya kepemimpinan demokratis (democratic leadership style)

Ciri-cirinya:
Tanggung jawab utama ada di tangan pemimpin tetapi anggota berwenang untukl memberikan saran dan usulan atas kebijakan yang akan diambil;
Komunikasi multi arah dan tidak didominasi oleh pemimpin;
Mempercayakan job description kepada siapapun yang dianggap mempunyai kemampuan dan kemauan;
Membrikan ruang yang besar dalam bermusyawarah dan menghargai perbedaan pendapat.

Gaya kepemimpinan laissez-faire (laissez-faire leadership style)

Ciri-cirinya:
Tanggung jawab dan wewenang sepenuhnya dipercayakan pada kelompok;
Komunikasi lebih didominasi anggota kelompok secara horizontal dan pemimpin sama sekali tidak terlibat;
Pemberian job description sesuai dengan kehendak dan kemampuan kelompok;
Dalam musyawarah sering menemui jalan buntu karena banyaknya perbedaan pendapat yang terjadi antar anggota kelompok dan ketidakmampuan pemimpin untuk mengambil keputusan.

Teori #3 -Situational Theory

Sesuai dengan namanya, teori ini menggantungkan efektivitas kepemimpinan pada keadaan atau situasi yang mengelilingi sang pemimpin. Kebijakan yang diambil seyogyanya sesuai dengan kondisi masalah yang tengah dihadapi agar mencapai problem solving yang efektif.
Fred E Fiedler merupakan salah satu peneliti yang mendukung teori ini dengan gagasan terkenalnya yakni teori Kontingensi. Menurutnya, peran kerja seorang pemimpin bergantung kepada dua faktor fundamental yang saling berkaitan. Pertama, situasi. Artinya sejauh mana situasi yang ada memberikan kendali dan pengaruh agar pekerjaan dapat diselesaikan. Kedua, motivasi. Yaitu masalah yang sedang dihadapi organisasi akan terselesaikan berdasarkan dorongan dan semangat pemimpin dalam mempengaruhi anggotanya.

Teori #4 -Transformational Leadrship Theory

Teori ini menggambarkan tentang sosok pemimpin transformative yang mampu memberikan inspirasi kepada anggotanya untuk mencapai sesuatu yang melebihi apa yang telah direncanakan organisasi. Selain itu,seorang pemimpin juga berpikir progresif-visioner yang mengajak anggotanya bergerak untuk mengikuti visinya. Sehingga, anggota kelompok menatuh hormat atas kewibawaan dan kharisma yang ada dalam sikap kepemimpinannya.

No comments:

Post a Comment